Setiap pagi aku masih mendengar sayup sayup hati kecilku
memanggilmu.
Aku sadar aku harus bangun, tetika air wudhu mulai mebasahi
wajahku airmata itu turun perlahan. Subuhku menjadi sangat lebay dengan
tangisan yang entah tak tau apa sebabnya. Dengan doa yang sama dengan kemarin.
Ya Robb, aku masih ingin dia menjadi jodohku kelak. Sabarkan
aku dan kuatkan aku.
Aku sangat memaksa ini, iya. Karena aku menyukaimu.
Kuliahku pun menjadi tantangan yang sangat berat, karena
smua otakku penuh dengan sebuah nama ‘F****’
Dan dhuhurku pun sama, menjadi sangat dramatis ketika
airmata itu mulai jatuh lagi, doaku pun masih sama. Semua sama, ketika perlahan
aku membuka suratMu ayat demi ayat aku berulang kali menarik panjang nafasku
yang kian berat. Buliran air itu masih terus mengalir.
Setiap hari aku harus melihat wajahku yang merah di kaca. Aku
ingin berbuat suatu untuk menghentikan semua ini. Tapi aku rasa semakin aku
masuk dan memperbaiki aku semakin hancur.
Ya Robb, aku hanya ingin dia menjadi orang terakhir
dihidupku, dan menjadi imam sholatku kelak. aku masih egois dengan keaadaan
ini. Aku ingin melepasmu, agar aku tidak menjadi penghalang untuk kebahagiaanmu
kelak. tapi hatiku tak cukup kuat dan kau tau aku pun terlalu egois.
Aku iri dengan smua orang yang bisa bersikap dengan acuhnya.
Aku ingin bersikap bahwa ini cukup dan tidak akan ada suatu yang berubah dengan
drastis.
Nyatanya semua berubah, aku menjadi lebih pendiam. Aku menjadi
mahasiswa kupu kupu, aku menjadi memforsir smua pekerjaan dalam diriku. Aku mejadi
pelamun, dan yang paling ku benci adalah aku menjadi cengeng.
Dan sekarang aku hanya stag, berhenti. Aku tak tau harus
lari maju atau mundur. semua terhenti.
Dan Semua menjadi sangat berat mulai hari itu,