sebagai anak muda kita juga harus tau soal ini,
biar kelestarian batik kita juga terjaga :)
biar kelestarian batik kita juga terjaga :)
The
Best Handmade Batik in Bakaran Kulon
Sejarah
Batik Bakaran
Selain kuningan Juwana juga mempunyai kerajinan Batik yaitu Batik
Bakaran . Batik Bakaran terpusat pada kedua desa yaitu Bakaran
Wetan dan Bakaran Kulon, masih termasuk Kecamatan Juwana
.
Jaraknya sekitar dua kilometer dari Kota Juwana menuju arah barat laut
(Tayu). Dapat ditempuh dengan naik angkutan ataupun bus mini atau yang
ingin lebih santai bisa menggunakan becak maupun andong.
Batik
Bakaran, mungkin untuk beberapa atau sebagian orang masih asing dengan
nama jenis batik tersebut. Batik ini adalah jenis batik tulis asli
buatan orang Desa Bakaran . Yang jelas bukan merupakan
batik cetak/sablon karena digarap langsung oleh para anggota warga asli
desa bakaran dengan menggunakan perlengkapan yang tergolong masih
sederhana seperti kompor kecil dan canthing untuk menjaga identitas dari
karya seni ini.
Batik
Bakaran ada sejak abad ke 14, pada jaman kerajaan
Majapahit. Pada jaman itu ada seorang penjaga benda-benda seni kerajaan
Majapahit yang bernama Nyi Siti Sabirah atau Nyi Danowati, yang datang
ke Desa Bakaran Wetan karena melarikan diri mencari tempat persembunyian
karena dikejar-kejar oleh tentara Islam karena runtuhnya Kerajaan
Majapahit oleh kekuasaan Islam di pulau Jawa yaitu Demak.
Dalam
persembunyian dan penyamaran di Desa Bakaran Wetan beliau membuat
langgar tanpa mighraf yang sampai sekarang disebut Sigit yang bertujuan
untuk mengelabui tentara Islam bahwa dia sudah memeluk agama Islam.
Dalam persembunyiannya beliau mengajarkan keahliannya dalam membatik
kepada anak cucunya. sehingga turun menurun sampai sekarang.
Motif-motif Batik Bakaran dari Nyi Danowati yang masih berkembang hingga
saat ini adalah motif gandrung, gringsing, sekar baru, sido luhur, sido
muktii, Liris, Manggar dan Kawung.
Dalam
proses perkembangannya Batik Bakaran sudah mengalami transisi. Dari
yang dulunya pewarna batik menggunakan bahan pewarna alam, misal kayu
terogan untuk menghasilkan warna kuning, akar kudu untuk menghasilkan
warna sawo matang, kulit pohon tingi untuk menghasilkan warna coklat.
Tetapi seiring dengan berjalannya waktu penggunaan bahan alam sudah
jarang digunakan karena sulit dalam mencarinya, dan sebagai pengganti
digunakan bahan-bahan dari kimia untuk mempermudah proses pembuatan
batik.