Rabu, 23 Juli 2014

"Ayah"


“ Danur, ayo cepet ayah sudah menunggu di depan.” Teriak Ibu dari luar.
Aku bergegas turun, mencium tangan dan pipi ibu kemudian segera menghampiri ayah.
“ Danur, hari ini kamu pulang jam berapa? Biar ayah jemputnya gak telat.”  Tanya Ayah. 
“ Seperti biasa yah, jam 5 sore. Danur ada pelatihan PMR di sekolah.” 
“ Yasudah, ayo cepet naik. Nanti kamu ketinggalan”.
Setengah jam kemudian aku sudah sampai di halaman sekolah. Aku berpamitan pada ayah, mencium tangannya seperti biasa.
“ Assalamu’alaikum yah. Danur masuk dulu. Ayah hati hati ya!” kataku sambil berlari masuk pagar sekolah.
Ternyata sepulang sekolah tidak ada pelatihan PMR seperti biasa, pelatihku sedang sakit. Terpaksa aku menunggu ayah sampai jam 5, padahal sekarang masih jam 3 sore.
“ Danur kita mau ngerjain tugas kelompok yang kemarin di rumahku, mau ikut?” Tanya Siska teman sekelasku. 
“ Yah, kenapa mendadak?” 
“ Maaf, hari ini pelatih basketnya juga lagi ada urusan. Jadi latihan basket buat hari ini ditunda besok. Ayo ikut aja.” Bujuk siska. 
“ Iya deh aku ikut aja.”
Aku mengikuti mereka ke rumah siska.

Jam dinding sudah menujukkan pukul 6 petang, aku berniat berpamitan dengan siska. Sudah hampir malam aku harus pulang. Tapi aku lupa sesuatu, aku lupa memberi tau ayah kalau aku ke rumah siska hari ini. Tapi, mungkin ayah langsung pulang karena aku gak da di sekolah.
“ Assalamu’alaikum ibu, danur pulang” , Sapa ku sambil mencium tangan ibu. 
“ Wa’alaikumsalam, danur ayah kemana?” Tanya ibu kebingungan. 
“ Lho bukannya ayah udah pulang bu?”“ Belum nak, ayah belum pulang. Coba danur hubungi     ayah.” Ibu mulai cemas. 
“ Ibu, tadi danur ke rumahnya siska. Karena latihan PMR nya ditiadakan. Danur lupa ngasih tau    ayah kalo danur ke rumah siska bu. Maafin danur bu.” Aku mencoba menceritakannya pada    ibu. 
“ Yasudah, danur sekarang masuk. Mandi dulu sana. Biar ibu yang nunggu ayah disini. Makan      malam danur di meja makan ya nak.”
Sudah jam 7 malam, tapi ayah belum pulang. Ayah juga belum memberi kabar apapun kepada kami. Ibu semakin khawatir.
“ Assalamu’alaikum bu, ibu ngapain didepan rumah begini. Nanti ibu sakit. Bu, danur sudah pulang? Tadi ayah nunggu sampai magrib disekolah tapi dia gak keluar keluar. Ayah juga udah nanya satpam, katanya PMR gak ada latihan. Lalu ayah keliling sekolah, buat nyari danur. Ayah khawatir bu.” Jelas ayah, yang masih sangat khawatir kepadaku.“ Alhamdulillah ayah gakpapa kan? Danur didalam yah, dia tadi pulang naik angkot sendiri. Dari rumah siska” Ibu mencoba menangkan ayah.
Aku yang mendengar ada suara dari luar rumah segera keluar. Melihata ayah dengan wajah capek dan kuyunya, aku berlari memeluk ayah.
“ Ayah, Danur minta maaf ya yah. Danur gak ngasih kabar kalau danar mau ke rumah siska. Maafin danur ya ayah, sudah membuat ayah khawatir dan menunggu lama.” 
“ Kamu gakpapa kan nak? Gak ada kejadian apa apa kan tadi?” Ayah masih sangat khawatir.“ Alhamdulillah danur gakpapa yah, Danur baik baik saja. Danur nyesel gak ngasih ayah kabar, danur minta maaf yah.” Aku masih menjelaskan agar ayah mau memafkanku. 
“ Ayah gak marah danur, ayah khawatir danur kenapa-napa. Nanti kan ayah sama ibu yang repot. Tapi karena danur sudah dirumah, sehat, ayah bersykur. Ayah gak marah kok nak.” Kata ayah yang masih memelukku dan mencoba menenangkanku.“ Ayah, mandi dulu. Lalu makan, nanti makanannya dingin. Kita lanjut saja ngobrolnya di dalam ya.”  Potong ibu. 
“ Ayo masuk nak, lain kali kamu telepon ayah ya kalau sedang dirumah teman.”  Nasehat ayah sembari beliau memeluk aku dan ibu.
****

Harwedi,

Palmerah, 23 Juli 2014

Maaf, aku membutuhkanmu

Sinta memandangi foto Danar dan dia saat mereka wisuda dan mendapat gelar sarjana, hampir 1 tahun yang lalu. Semua kenangan yang ada di kamar sinta itu hanya membuat dia semakin tersiksa. Sinta meraih ponselnya, mencoba menekan speed dial yang dia assign khusus untuk danar.

" Tut...tut..tut.... Hallo" Suara menyahut dari telpon seberang.
" Danar, aku.. aku " Sinta tak sanggup melanjutkan perkataanya.
" Aku sedang sibuk sinta, bisakah kamu berhenti bermain main?.. Tut..tut.."

danar memutus teleponnya, dan ini meng bukan yang pertama bagi sinta. tapi kali ini keadaannya berbeda. sinta sangat membutuhkan danar ada di sampingnya. Saat ini sinta tak tahu lagi apa yang harus dilakukan.
Yang sinta tahu, sekarang ada banyak orang sedang mengunjungi rumah sinta. ada beberapa lelaki kekar didepan, yang membuat sinta takut keluar. Mereka menempelkan kertas yang bertuliskan "Rumah ini disegel" ke seluruh penjuru rumah dan perabotan yang lain. saat ini sinta hanya bersembunyi di kamar. Mencoba menghubungi danar lagi.

" Hallo sinta, bisakah kau serius sedikit. aku sedang sibuk." Kata danar ketus.
" Danar.. Tolong aku, Papa.. Papa sudah dipanggil Tuhan danar... Aku membutuhkan mu sekarang danar" kata sinta yang masih gemetar ketakutan.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku